[Rekreasi] Pasir Padi, Pantai Yang Nyaris Terlupakan

Dini, seorang mahasiswi asal Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pernah merasa kesal karena kesasar justru di tempat kelahirannya itu. Dalam perjalanan menuju ke kawasan wisata Pantai Pasir Padi, mahasiswi salah satu perguruan tinggi negeri di Palembang itu nyasar sampai sejauh empat kilometer. Setelah berputar-putar dan bertanya beberapa kali kepada warga yang dilewati, Dini pun akhirnya tiba di pantai dengan hamparan pasir putih landai tersebut. Pengalaman kesasar yang dialami itu tentu saja membuat Dini malu dan menahan rasa kecewa kepada pengelola tempat wisata pantai satu-satunya di ibu kota Provinsi Bangka Belitung itu.

"Masak, aku harus kesasar di kota kelahiran sendiri. Kalau aku saja kesasar seperti itu, bagaimana orang dari daerah lain yang hendak berkunjung ke Pasir Padi. Mereka pun tentu akan kesulitan menemukannya," tutur Dini.

Apa yang dikemukakan Dini ada benarnya. Paling tidak, itu yang dialami Kompas ketika hendak ke lokasi wisata yang memiliki rentang pantai sepanjang empat kilometer itu. Perjalanan menuju Pasir Padi terasa melelahkan dan menjengkelkan karena harus berulang kali bertanya kepada warga di jalan yang dilintasi.

Dengan menggunakan mobil sewaan dari salah satu rental di Pangkalpinang, perjalanan menuju Pasir Padi yang lokasinya tujuh kilometer dari pusat kota itu menjadi terasa jauh dan melelahkan. Itu semua terjadi karena di sepanjang jalan tidak ditemukan satu pun rambu lalu lintas atau rambu wisata menuju Pasir Padi.


Satu-satunya rambu lalu lintas penunjuk arah hanya terdapat di perempatan Jalan Mayor Syafri Rahman dan Jalan Bukit Intan-Jalan Semabung. Rambu lalu lintas hanya menunjukkan arah ke Pasir Padi melalui Jalan Semabung. Setelah itu, perjalanan hanya mengandalkan feeling dan bertanya kepada warga yang dilintasi di jalan. Sunggguh menyebalkan.

PASIR Padi merupakan salah satu pantai menawan di Pulau Bangka. Bagi warga Pangkalpinang, kota berpenduduk sekitar 134.000 jiwa, Pasir Padi merupakan satu-satunya tempat wisata pantai di kota itu.

Kawasan wisata yang menghadap Laut Cina Selatan tersebut memiliki sejumlah obYek wisata alam yang indah. Lebar pantainya mulai dari sekitar 100 meter sampai 300 meter. Ombak laut yang begitu tenang membuat pantai itu terasa aman untuk mandi.

Bagian paling selatan pantai ini bersambung pula dengan Pantai Tanjung Bunga yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Bangka Tengah. Keindahan Pantai Pasir Padi tidak berbeda dengan pantai lain yang menawan di seantero Pulau Bangka, pulau yang sejak berabad-abad lalu dikenal dengan hasil tambang timah dan lada putihnya.

"Keindahan pariwisata Pulau Bangka, terutama pantai-pantainya, tidak kalah dengan Pulau Bali. Itu pernah dinyatakan peneliti pantai dari beberapa negara yang pernah berkunjung ke sini," kata Irawati, Kepala Seksi Data dan Promosi Subdinas Pariwisata Provinsi Bangka Belitung.

Bagi orang yang belum pernah berkunjung ke Pulau Bangka, menyetarakan pantai-pantai di pulau ini dengan pantai di Pulau Bali barangkali dinilai agak berlebihan. Namun, ketika menginjakkan kaki di pulau penghasil lada putih ini, pengunjung mungkin akan berdecak kagum melihat keindahan pantainya.

Sebut saja misalnya empat pantai di daerah tetangga Pangkalpinang, yakni Kabupaten Bangka. Di daerah itu setidaknya ada empat pantai yang menawan, seperti Pantai Matras, Parai, Tanjung Pesona, dan Pantai Rebo.

Namun, pengunjung yang hendak ke pantai-pantai itu tidak perlu khawatir karena rambu lalu lintas penunjuk arah ke obyek wisata dipasang di beberapa tempat. Pengunjung tidak perlu takut kesasar seperti saat hendak ke Pasir Padi.

Irawati mengakui, pihaknya belum memikirkan penyediaan rambu wisata pemberi petunjuk ke Pasir Padi. Dia memberi alasan, dengan baru satu tahun Provinsi Bangka Belitung terbentuk, soal rambu wisata belum masuk dalam hitungan. "Itu memang belum terpikirkan oleh kami," katanya.

Pelaksana tugas Kepala Dinas Pariwisata Kota Pangkalpinang Iziono menyatakan hal senada. Soal rambu wisata yang begitu penting bagi pengunjung tersebut memang masih terabaikan. Alasan yang dikemukakannya tentu saja berbeda dengan Irawati. "Kami terbentur masalah dana untuk menyediakan rambu-rambu wisata tersebut," ujarnya.

Menurut Iziono, instansinya akan bekerja sama dengan salah satu bank untuk membuat rambu-rambu tersebut. Tawaran telah diberikan, namun jawaban pasti kapan pemasangannya belum diketahui. "Pihak bank bisa mencantumkan nama perusahaannya di rambu-rambu wisata yang dipasang tersebut," ujarnya.

Tersedianya rambu-rambu wisata memadai yang bisa menunjukkan lokasi Pasir Padi atau lokasi wisata lain di Pangkalpinang setidaknya akan mengingatkan pendatang bahwa di kota itu ada tempat wisata pantai. Bagi mereka yang tiba di Pangkalpinang dengan menggunakan pesawat di Bandara Depati Umar, bisa pula mampir terlebih dahulu ke Pasir Padi sebelum berkunjung ke lokasi lain.

Pasir Padi sebenarnya bisa menjadi tujuan wisata utama karena lokasinya masih berada di dalam kota. Pengunjung dari luar daerah atau mancanegara, baik yang tiba melalui Depati Umar maupun Pelabuhan Pangkalan Balam, bisa langsung ke pantai itu. Wisatawan yang datang melalui Pelabuhan Muntok di Bangka Barat pun bisa langsung ke Pasir Padi sebelum ke lokasi wisata pantai lainnya.

KEINDAHAN Pantai Pasir Padi akhirnya memang seperti terabaikan karena pengelolaannya kurang bagus. Padahal, pantai itu menyimpan keindahan yang menawan. Sampai sekarang, mungkin hanya penduduk Pangkalpinang dan sekitarnya yang bisa menikmatinya, di samping sebagian kecil pendatang dari luar daerah.

Kurangnya promosi menjadi salah satu penyebab mengapa pantai itu hanya ramai dikunjungi warga setempat. Itu pun hanya terjadi pada setiap akhir pekan. Pada hari-hari biasa, pengunjung hanya datang pada sore hari dengan jumlah rata-rata kurang dari 100 orang.

Pengunjung rutin yang menikmati keindahan pantai itu adalah puluhan anak muda yang bertempat tinggal di desa-desa sekitar pantai. Mereka datang bukan untuk mandi di pantai atau sekadar berjemur, tetapi bermain sepak bola.

Pengunjung lain yang rutin pada sore hari bertandang ke Pasir Padi juga berasal dari kalangan anak muda dengan berkendaraan sepeda motor. Sambil mejeng mereka menikmati keindahan pantai, atau saling tancap gas di atas pasir pantai yang tidak lembek saat dilindas roda kendaraan.

Mobil-mobil pengunjung pun dengan bebas berlalu lalang di hamparan pasir pantai. Kerasnya pasir pantai, baik yang basah maupun yang kering, menyebabkan roda tidak amblas ke dalam pasir. Kondisi seperti itu yang membuat mereka berani bermobilria di pantai. Malah, sebagian pengunjung datang hanya untuk belajar menyetir mobil!

Di Pantai Pasir Padi pengunjung juga bisa berlayar di perairan pantai. Mereka bisa menuju dua pulau kecil yang letaknya hanya dua mil dari bibir pantai, yakni Pulau Panjang dan Pulau Semajun. Di Pulau Panjang pengunjung bisa menikmati masakan makanan laut, seperti ikan bakar, kepiting, dan sebagainya. Di pulau itu tinggal beberapa keluarga nelayan, sementara Pulau Semajun tidak berpenghuni.

Keindahan alam yang ditopang kelebihan berupa pasir padat di pantai itu ternyata belum mampu memancing lebih banyak wisatawan dari luar daerah atau mancanegara. Wisatawan yang datang umumnya hanya wisatawan lokal, Pangkalpinang maupun dari daerah sekitarnya saja.

Sekretaris Kota Pangkalpinang Zulkarnaen Karim mengatakan, Pasir Padi memang hanya banyak dikunjungi oleh kalangan "wiski". "Pengunjung yang datang ke Pasir Padi memang masih dari kalangan ’wiski’, wisatawan mriki," katanya sambil tertawa. Wisatawan mriki yang dimaksudkan Zulkarnaen adalah wisatawan lokal.

Dia berharap, Pasir Padi tidak hanya dikunjungi wisatawan dari kalangan warga setempat. Suatu saat, Pantai Pasir Padi akan dibanjiri wisatawan dari provinsi lain dan dari mancanegara.

Pemerintah Kota Pangkalpinang, menurut Zulkarnaen Karim, akan menjadikan Pasir Padi sebagai kawasan wisata dengan fasilitas memadai agar bisa menarik wisatawan. Sejumlah perbaikan akan dilakukan untuk mewujudkannya.

"Kalau turis yang datang ke Bali pasti berkunjung ke Pantai Kuta, nantinya turis ke Bangka pun akan berkunjung ke Pasir Padi terlebih dahulu sebelum ke lokasi lain. Pasir Padi akan menjadi ’Pantai Kuta’-nya Pulau Bangka," ucap Zulkarnaen.

Kawasan pantai itu sebenarnya sudah dilengkapi sejumlah fasilitas memadai, khususnya hotel berbintang dua, beberapa rumah makan, dan sejumlah warung makan dan minum. Bahkan, di lokasi itu juga terdapat tempat hiburan karaoke dan diskotek.

Namun, fasilitas lain yang begitu penting bagi pengunjung, seperti toilet, sampai sekarang belum ada. Mungkin karena itu pula, Pasir Padi menjadi tidak menarik bagi pengunjung.

Bagaimana mau menikmati pantai, melepas kepenatan, dan bergembira jika untuk mencari toilet saja susahnya bukan main. Jika tidak dikelola secara profesional, Pasir Padi tentu akan semakin ditinggalkan, dan akhirnya dilupakan.


Penampakan pasir padi :













Info lebih lengkap buka sumber
sumber ada dikaskus thread ane gan...
http://www.kaskus.us/showthread.php?p=428293340

0 komentar:

Posting Komentar

You Comment
I Follow